PRODUKSI VIDEO

KD 3.13 Menganalisis produksi video, animasi dan/atau music
KD 4.13 Memproduksi video dan/atau animasi dan/atau music digital

A.  Peralatan Standar

Tahapan produksi sudah dimulai dari merekam video dengan naskah dan konsep yang sudah dirancang sejak praproduksi.  Kemudian proses rekaman baik visual maupun audio dilakukan dalam proses produksi.   Peralatan yang perlu dibawa dalam produksi video, antara lain adalah:

1.    Kamera

Kamera adalah alat utama dalam pembuatan film atau video.  Namun, kalian harus dapat memilih kamera mana yang memang dibutuhkan.  Misalnya, untuk pembuatan film pendek, camcorder biasa dengan kualitas HD sebenarnya sudah cukup, namun disrankan memakai DSLR karena kualitas gambarnya jauh lebih bagus.
Jika yang ingin kalian buat adalah sebuah video dokumentasi suatu acara atau keperluan reportase, maka pilihlah camcorder karena daya rekam dan baterainya yang lebih lama disbanding DSLR. Intinya, camcorder digunakan untuk video atau film yang membutuhkan durasi rekam yang agak lama, namun kualitas gambar yang dihasilkan standar.  Sementara DSLR digunakan untuk video atau film yang membutuhkan kualitas gambar yang tajam namun dengan durasi rekam yang pendek.

2.    Tripod

Alat penyangga kamera ini juga tidak kalah penting karena banyak manfaatnya, diantaranya, membantu mengurangi kelelahan ketika menopang beban kamera, meminimalisasi guncangan pada saat merekam, membantu dalam pengambilan angle yang dirasa sulit jika menggunakan tangan dan masih banyak lagi.  Tripod dapat juga digunakan untuk dudukan selain kamera, misalnya slider, reflector, dan lighting.

3.    Lighting

Pencahayaan membantu menghasilkan gambar yang tajam ketika kita melakukan shooting dalam keadaan kurang cahaya, seperti di malam hari, indoor atau saat cuaca mendung. Camcorder dan DSLR akan menurunkan kualitas gambarnya ketika mendeteksi objek yang direkam memiliki kurang cahaya.
Oleh karena itu, kebutuhan akan lighting menjadi penting ketika lokasi atau objek yang akan direkam minim penerangan. Ada sebuah alat bernama reflector, versi lain dari lighting. Alat ini memiliki peran yang sama dalam membantu pencahayaan. Namun, bedanya, reflector hanya membantu meratakan cahaya pada objek yang terkena sinar  dan hanya berguna jika ada cahaya yang cukup untuk dipantulkan. Biasanya objek yang terkena sinar matahari akan menimbulkan bayangan pada sisi yang berlawanan dari arah datangnya cahaya. Barulah di sini reflektor berguna yaitu dengan cara cara memantulkan cahaya matahari pada objek untuk menghilangkan kesan bayangan sehingga pencahayaan pada objek jadi merata.

4.    Microphone
        Mikrofon berguna untuk memfokuskan suara objek yang akan kalian ambil.   Tanpa microphone,  kamera akan merekam segala jenis suara yang ada di sekitarnya sehingga suara yang kita butuhkan terkadang akan tercampur dengan suara lain yang cenderung bentuknya noise atau  gangguan.
          Microphone yang dapat dipakai adalah  microphone type clip on dan juga shotgun untuk  keperluan film pendek, serta boom  mic yang biasa dipakai untuk video reportase.

5.    PC  atau Laptop dan Software Editing
    PC  maupun notebook bisa menjadi komponen utama selanjutnya setelah kamera.   Hal ini dikarenakan hasil rekaman kalian bakal diolah. Mulai dari peyusunan video,  memotong adegan,  edit suara,   menambah efek dan masih banyak lagi. Spesifikasi PC  atau laptop paling minimum untuk editing bisa dengan processor Intel core 2 Duo, RAM 2 GB dan VGA 1 GB.
        Untuk software editing,  dapat menggunakan Adobe Premiere.   Selain karena banyak dipakai oleh para video maker,  pengoperasian software ini terbilang standar.   memang efek efek video yang terbilang standar,  tapi hasil outputnya  memiliki kualitas video yang bagus. Kalau kalian ingin membuat efek video yang nggak standar, pilihlah Adobe After  effect. 
         Para pembuat video profesional menempatkan alat-alat tersebut dalam sebuah ruangan  Studio         maupun luar dan didukung dengan pekerja yang profesional.

B.  Teknik Pengambilan Gambar

Ada beberapa teknik pengambilan gambar yang sering digunakan dalam pembuatan film agar lebih dramatis dan lebih mudah tersampaikan isi dari adengan film tersebut.  Ada 3 teknik yang sering digunakan dalam pembuatan film agar lebih dramatis yaitu:

1.      Camera Angle  

Camera angle adalah pengambilan gambar dari sudut tertentu agar lebih dramatis dan mudah tersampaikan isi adegan dari film tersebut, ada macam-macam camera angle yang biasanya sering digunakan:

a.      Bird view

Foto yang diambil dilakukan di tempat yang tinggi. Bisa diambil dari helikopter ataupun gedung-gedung tinggi. Foto yang dihasilkan akan terlihat sangat luas dan dramatis, misalnya foto suatu kota

b.      High angle

Angle ini mirip dengan angle bird view yang pemngambilan objeknya diambil dari tempat tinggi, hanya tidak seekstrem bird view, paling tidak posisi kamera harus lebih tinggi dari objek yang akan difoto sehingga bagian atas akan terlihat lebih besar.
c.       Eye-level angle

Pada angle ini biasanya kamera sejajar dengan objek yang akan difoto, sehingga foto yang dihasilkan terlihat standar seperti yang kita lihat.

d.       Low angle

Angle ini merupakan sudut pengambilan foto dari bawah sehingga objek yang difoto terlihat besar. Foto yang dihasilkan memberikan kesan dominan.
e.       Frog angle
Frog level merupakan sudut pengambilan yang ekstrem dengan kamera hampir menyentuh tanah. Sudut pengambilan sejajar dengan objek atau lebih rendah. Foto yang dihasilkan tampak seperti mata yang melihat berada dalam posisi seperti katak.

2.      Camera Framing
Dalam sebuah film sangat mempertimbangkan beberapa aspek yang berpengaruh pada emosi dan motivasi yang ditunjukkan oleh seorang sutradara atau pembuat film.  Jadi, camera framing ini mengatur luas pandangan.  Dalam merekam gambar perlu penentuan sudut pandang/framing agar objek yang disajikan hasilnya lebih baih dan indah. Bidang pandangan/framing adalah suatu langkah pengambilan gambar yang harus menentukan luas bidang pandangan untuk suatu objek utama dan objek lainnya dalam hubungannya dengan latar belakang.
Macam-macam framing yaitu :
a.        Extreem Close-up (ECU)
Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.
Contohnya menunjukkan mata seseorang.

b.        Big Close-up (BCU)
Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.
Misalnya ekspresi wajah seseorang sedang marah, sedih

c.         Close-up (CU)
Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsi untuk memberi gambaran jelas terhadap objek.

d.        Medium Close-up (MCU)
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.

e.         Mid Shoot (MS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.

f.         Knee Shoot (KS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot.

g.        Full Shoot (FS)
Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.

h.        Long Shoot (LS)
Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya.

i.          Medium Long Shot (MLS)
Pengambilan gambar lebih dekat daripada ELS dan LS. Fungsinya menunjukkan latar belakang dan objek utama dari atas pinggang sampai atas kepala.

j.          Extreem Long Shoot (ELS)
Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya.

k.        1 Shoot
Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.

l.          2 Shoot
pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berkomunikasi.

m.      3 shoot
pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang sedang mengobrol.

n.        Group Shoot
Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas.



3.      Camera Movement

Untuk membangun suasana yang lebih dramatis, penggunaan gerakan kamera yang lebih tepat akan membangun visual yang lebih dramatis dan dapat mengalihkan perhatian penonton, jadi menggerakkan kamera dapat lebih membantu mengungkapkan secara visual dan ekspresi.  Ada beberapa pengambilan gambar dalam camera movement :

a.        Zooming (In/Out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya mengoperasikannya saja.  Zooming ini termasuk kategori kamera movement meskipun kameranya tidak bergerak dan yang bergerak adalah lensa .  Zoom in, biasanya teknik ini digunakan oleh sutradara ketika sang actor berbicara serius dengan lawan mainnya dan mata actor menuju ke kamera jadi seolah-olah kamera itu lawan mainnya.

b.        Panning (Left/Right)
Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan. Biasanya teknik ini dignakan untuk mengalihkan penonton dari frame 1 ke frame lain.

c.         Tilt Up dan Down
Teknik ini menggunakan tripod. Biasanya digunakan untuk pengambilan gambar ketika sedang naik (Tilt Up)  dan turun (Tilt down).

d.        Dolt In dan Out
Dolly ini sama dengan zoom. Namun bedanya, zooming pergerakannya menggunakan lensa sedangkan dolly kamera digerakkan menjauh dan mendekat  menggunakan rel atau alat bantu.

e.         Crab Right dan Lef
     Perbedaan crab dan panning adalah jika panning hanya ke kiri dan ke kanan tetap pada porosnya, sementara crab ini kamera yang bergerak secara horizontal, mengikuti subjek yang berjalan.  Crab yaitu pergerakan kamera secara horizontal atau menyamping. Crab pergerakan ke kiri dan ke kanan.

f.          Pedestal Up dan Down
Teknik digunakan untuk membuat penonton penasaran dengan sosok actor, yaitu shooting dari bagian kaki perlahan naik ke bagian kepala. Hala ini akan memberikan pesan penasaran. Pedestal ini kamera yang bergerak.  Berbeda denga tilt yang hanya menggerakkan kamera pada porosnya.
Pedestal pergerakan ke atas dank e bawah.

g.        Arc
Kamera movement yang mengitari subjek, biasanya kamera ini menggunakan rel atau mengitari manual dalam adegan tersesat atau kebingungan di suatu tempat.



        C.     Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas,  dan menciptakan ilusi sehingga penonton  mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu, dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti  halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan   pencahayaan, penonton dapat melihat seperti apa bentuk objek, dimana dia saling berhubungan dengan objek lainnya,  dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi. Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan. Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting perannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar.
Cahaya  menurut sumbernya dapat dibedakan menjadi dua: cahaya bersumber dari alam seperti cahaya matahari ( natural light/ daylight)  dan cahaya yang diciptakan atau bersumber dari lampu,  api ( artifisial  light/ tungsten). Sumber  cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam dan dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada. Untuk menghasilkan hasil yang lebih maximal, harus mengikuti teori dasar tata cara yang berlaku. Meskipun pada praktiknya dapat mengembangkan kreasi sesuai keinginan dan hasil yang akan dicapai.
Teknik Tata cahaya tiga titik (three point lighting) adalah metode standar yang di digunakan dan media visual seperti video, film, dan fotografi. Ini adalah sistem yang sederhana namun serbaguna yang menjadi dasar tata cahaya. Teknik  ini menggunakan 3 lampu yang disebut key light, fill light, dan back light. Tentu membutuhkan 3 lampu Untuk memanfaatkan teknik sepenuhnya. Namun, apabila tidak memiliki tiga lampu, dapat menggunakan aturan sebagai berikut.
a.      jika hanya memiliki 1 lampu, jadikan key light
b.      jika memiliki dua lampu,  Buatlah lampu satu menjadi key light  dan lampu lainnya menjadi fill light atau back light.
Key light:Lampu utama (key light) adalah penyinaran terarah yang bagian utama (main source)  mengenai/jatuh Pada suatu objek. Key light menghasilkan bayangan yang  kuat, memberikan tekanan pada segi yang menarik dari objek dan membentuk dimensi.
Fill light: lampu Pengisi (fill light) adalah  penyinaran yang digunakan untuk melunakkan bayangan yang dihasilkan oleh key light. Pencahayaan ini adalah cahaya sekunder yang digunakan untuk mengatur bayangan (yang dihasilkan key light)  agar tidak terlalu keras atau lembut. Lampu  pengisi biasanya akan lembut dan setengah daya dari key light. Untuk mendapatkan Hal ini dapat memindahkan cahaya lebih jauh atau mengatur cahaya pengisi lebih banyak dari key light.
Back  light: lampu latar ( back light )adalah penyinaran dari belakang subjek (berlawanan arah kamera) yang diatur sehingga cahaya jatuh mengenai kepala dan bahu dari subjek. Pencahayaan membentuk garis tepi dari subjek sehingga memberi kesan memisahkan subjek dengan latar belakang.
Tata cahaya di atas panggung dan menyinari semua objek, sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif dengan cahaya. Banyak hal yang bisa dikerjakan berkaitan dengan peran tata cahaya, tetapi fungsi dasar tata cara ada 4, yaitu:

1.      Penerangan
 Penerangan merupakan fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat, tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama, tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.

2.      Dimensi
Menggunakan tata cahaya, kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika Semua objek diterangi dengan intensitas yang sama, maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilihan sisi gelap dan terang, maka dimensi objek akan muncul.

3.      Pemilihan
 Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak di sinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan menggunakan kamera, maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan Tata panggung yang dihadirkan.

4.      Atmosfer
Hal yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfer” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon. Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya

Keempat Fungsi pokok tata cahaya diatas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa.

D.   Tata Suara
Tata Suara adalah bagian terpenting dari sebuah produk video untuk melengkapi penjelasan sebuah cerita. Dalam membuat presentasi video, adakalanya selain menggunakan suara presenter sendiri, juga menggunakan suara orang lain dalam membacakan narasi dari video yang ditampilkan. Menurut Bordwell, suara dalam film memiliki unsur unsur yang dapat dipila-pilah untuk memudahkan proses penciptaan dan penggarapannya. Unsur-unsur suara ini terbagi menjadi 3 unsur, yaitu:

1.     Speech atau percakapan
Speech merupakan unsur suara yang isinya berupa percakapan dari tokoh didalam film.  Speech terbagi menjadi 4, yaitu:
a.  Monolog, adalah percakapan tanpa lawan bicara, maksudnya adalah ketika seseorang tokoh berbicara berbicara dengan dirinya sendiri tanpa ada pendengar.
b.    Dialog, adalah percakapan dimana tokoh di dalam adegan berbicara  dengan satu orang lain atau lebih
c.   Narration adalah percakapan di mana tokoh yang berbicara tidak terlihat di dalam frame, yang biasanya dipakai untuk pengantar adegan. Narasi merupakan pengantar adegan yang efisien untuk menjelaskan permasalahan tanpa perlu melakukan visualisasi 
d.   Direct Address adalah percakapan dimana tokoh di dalam adegan berbicara langsung ke arah penonton  

2.      Musik
Musik di dalam film digunakan untuk menambahkan dramatisasi dalam sebuah cerita. Dengan musik pembuat film dapat mengendalikan emosi penonton dalam mengikuti cerita.  Musik dalam film dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan emosi penonton,  sesuai dengan kebutuhan cerita.  Kehadiran musik  digunakan untuk merangsang dan mengarahkan perasaan sesuai dengan apa yang dilihat secara visual: Senang,  sedih,  takut,  tertekan,  dan sebagainya.  Sumber dramatis dari musik di dalam sebuah dengan dapat dibagi dua yaitu:
a.   Musik fungsional,  yaitu musik yang digunakan untuk menambahkan dramatisasi di dalam film,  yang berasal dari luar ruang adegan cerita,  biasa disebut musik ilustrasi.  Musik yang didengar oleh penonton tidak berasal dari sumber suara dalam adegan maupun didengar oleh karakter dalam adegan
b.    Musik realitas,  yaitu musik yang berasal dari dalam ruang adegan cerita.  Fungsinya untuk menciptakan kesan realita,  contohnya musik ketika tokoh berada pada pertunjukan musik band.  dalam hal ini,  musik yang didengar oleh penonton juga didengar oleh karakter dalam film
Sumber lain musik adalah dari komposisi secara orisinal dan merekam khusus untuk film yang dikerjakan.  Pembuatannya cukup kompleks dengan mengikut sertakan  skala big orchestra,  mini orchestra,  atau esemble instrumen tertentu pada musik orkestra.   Dalam mengomposisikan  musik,  pada poin timecode yang sama,  komposer dan editor akan menyepakati tempo yang digunakan dalam adegan tertentu. Di mana komposer akan memberikan contoh ilustrasi musik untuk digunakan editor agar irama editing seirama dengan komposisi yang akan dibuat nantinya. Pada software  audio,  musik yang digunakan sebagai panduan editing akan diproses dengan nama “detect beat”.  setelah itu akan muncul kalkulasi tempo yang sama digunakan oleh editor. Dengan  demikian,  tempo yang digunakan akan sama untuk membimbing komposer dan musisi dalam menjaga ketukan dalam film.  Setelah musik  selesai dikomposisi,  langkah berikutnya adalah merekamnya.

3.     Ambience
Ambience adalah suara latar yang hadir di dalam adegan atau scene untuk menunjukkan tempat atau lokasi.  Misalnya,  suara ombak akan menginterpretasikan laut atau pantai.  Kemudian  suara burung-burung akan lebih menginterprestasikan pedesaan atau pegunungan dan bisa juga suasana pagi.  Fungsi  dari adanya  Ambience sound sangat penting di dalam produksi suara film,  selain untuk menunjukkan tempat,  dapat pula berfungsi sebagai kesinambungan suara pada adegan film,  sehingga penciptaan visual yang  dibuat dari susunan shot tidak terasa oleh penonton. Hal  yang sangat penting dari Ambience adalah untuk membangun mood dalam film.

4.     Efek suara
Efek suara merupakan suara selain dialog yang dihasilkan oleh orang ataupun benda, bersamaan dengan suara-suara yang muncul secara alami pada latar belakang.  Efek  suara dalam film digunakan untuk menekankan informasi  yang hendak disampaikan,  memberikan kesan realita di dalam ruang cerita,  menciptakan ilusi dan juga mood dalam cerita.  Efek suara bisa berkaitan dengan kejadian  di dalam atau di luar screen.  Berdasarkan  fungsinya,  efek suara dibagi menjadi dua,  yaitu:
a. Efek fungsional,  yaitu efek suara yang digunakan untuk menambahkan efek dramatisasidalam film
    Efek Realitas,  yaitu efek suara yang sumbernya berasal dari dalam ruang adegancerita,  digunakan untuk menciptakan realitas dalam ruang cerita film.
                                                                                                                                                                         Berdasarkan jenisnya,  efek suara dalam film dibagi menjadi dua yaitu:
a.    Spot Effect,  yaitu efek suara yang berasal dari suatu sumber suara tertentu,  misalnya suara pintu,  suara ketukan,   suara ban pecah dan sebagainya.
b.    General  Effect,  yaitu efek suara yang berasal dari berbagai sumber di suatu tempat,  baik jauh maupun dekat,  misalnya suara dalam sebuah ruangan ( room tone)  ataupun suara lingkungan(ambience/atmosphere)

E.    Screen Recording
Screen recording adalah merekam tampilan yang tampak di layar atau piranti keluaran visual lainnya. Biasanya ini adalah suatu gambar digital yang ditangkap oleh aplikasi perekam layar yang dijalankan pada komputer, walaupun dapat pula dihasilkan oleh kamera atau piranti yang dapat menangkap keluaran video dari komputer. Banyak sekali contoh aplikasi screen recording yang ada, misalnya:
a.       Camtasia studio
b.      SnowFox Screen Recorder
c.       BSR Screen Recorder
d.      Free Screen Recorder
e.       Screen Cast


Sumber 
Herbimo, W.2018. Buku Simulasi Dan Komunikasi Digital Untuk SMK/MAK Kelas X. Jakarta :    PT Grasindo.

Posting Komentar

0 Komentar